Fyp Badung – Momen Hari Raya Nyepi tahun 2023 yang jatuh pada hari Rabu, 22 Maret memberi makna tersendiri bagi seluruh masyarakat yang ada di Bali pada umumnya dan umat Hindu pada khususnya. Tak terkecuali bagi wisatawan yang sedang berlibur dan menginap di Bali dalam suasana menyambut Hari Raya Nyepi.
Menyadari hal tersebut Jimbaran Puri A Belmond mengisinya untuk berkolaborasi dengan seniman lokal yang berasal dari Denpasar Bali yang bernama Marmar Herayukti. Dalam suasana menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1945 ini pihaknya bersama dengan Marmar menggelar pameran ogoh-ogoh dan lukisan sketsa. Hasil karya Marmar yang berupa ogoh-ogoh dan lukisan sketsa ini dipajang di area indoor milik hotel. Lukisan sketsa karya Marmar ini langsung dapat dinikmati saat memasuki area lobby hotel. Sedangkan untuk karya ogoh-ogohnya dipajang menghadap jalan masuk menuju Nelayan restoran milik Jimbaran Puri A Belmond Hotel.
Kolaborasi ini disambut antusiasme oleh seniman yang juga memiliki keahlian tattoo tubuh. Dirinya merasa senang diberikan kesempatan untuk memperkenalkan tradisi Nyepi di Bali lewat ogoh-ogoh kepada wisatawan yang menginap di Jimbaran Puri A Belmond Hotel.
Dalam momen ini Marmar Herayukti menceritakan hasil karya ogoh-ogohnya yang diberi nama Paksi Ireng. Marmar menjelaskan dirinya telah membuat ogoh-ogoh Paksi Ireng ini di tahun 2018 dengan ukuran yang lebih besar.
“Kali ini saya membawa replika paksi ireng yang saya buat tahun 2020, dengan ornamen dan ukuran yang disesuaikan,” terangnya ditemani oleh Head of Sales Jimbaran Puri A Belmond Hotel.
Bali menarik bukan hanya karena alamnya yang terkenal indah namun karena seni budaya dan masyarakatnya yang sangat menghormati para tamu. Momen Nyepi dan ogoh-ogoh dipilih oleh Jimbaran Puri A Belmond untuk memperkenalkan lebih jauh tentang Bali. Ditemui di tempat yang sama Yudi Hidayah selaku Head of Sales Jimbaran Puri A Belmond Hotel menerangkan.
“Banyak arti yang lebih mendalam pada momen Nyepi, kalo dunia punya earth hour Bali sudah berapa puluh tahun punya earth day (Nyepi), tidak saja menutup pulau sela 24 jam tapi Nyepi juga dimaknai dengan bermeditasi, merefleksikan diri dan menjaga alam agar bumi tetap bisa bernafas,” jelasnya pada rekan media.
Lebih lanjut pihaknya menerangkan selama periode Nyepi occupancy hotel sudah kembali normal mencapai 70 persen. Didominasi oleh wisatawan asal Amerika dan Eropa yang memiliki rasa keingintahuan yang cukup dalam tentang tradisi dan budaya Bali.
